Semuanya memang sudah sangat lama, aku akui sudah telalu lama, dimulai dari 7 tahun lalu dengan pertemuan yang tidak pernah aku rencanakan. Semua berawal dan berjalan mengalir namun tak berujung tak tau kemana tujuannya. Semua berjalan seperti biasa, sampai akhirnya terbiasa dan menyadari bahwa dia ternyata sudah menjadi bagian terpenting.
Umurku 24 tahum yang 4 bulan lagi masuk ke 25 tahun. Aku mulai bertanya tanya "apa benar dia orangnya?" yang selalu bersama dari aku masih 17 tahun. Semakin lama pertnyaan itu selalu menghantui. Di saat yang lain sudah menjalani hubungan serius dan melangkah ke jenjang pernikahan, aku masih bertanya tanya dengan ke tidak jelasan. Terlebih lagi dengan pertanyaan pertanyaan yang awalnya menurutku tidak penting namun lama lama menjadi bumerang "Nikah kapan? jangan lama lama".
Semua mengalir begitu saja namun tanpa tujuan. Bahkan aku tidak tau rasanya anniversary. Ketika yang lain saling menunjukan rasa sayang dalam hubungan mereka, tapi aku dan kamu tidak pernah merayakan apapun hubungan kita sampai saat ini, di sosial media sekalipun ga ada postingan tentang kita, walaupun abis ketemu ya biasanya, kayak hubungan sembunyi sembunyi yang seolah olah hanya kita yang tau, yang orang publik tau kita tidak ada hubungan. Bahkan dihari ulang tahun yang sudah aku persiapkan begitu lama, gaada postingan tentang apa yang udah aku kasih, sedangkan kegiatan dengan teman temannya selalu di posting.
Akhir akhir ini aku benar benar gelisah.
Aku bukan tipe orang yang protektif, malah kelewat cuek sampai baru menyadari semuanya sekarang, ternyata hubungan ini gatau arahnya kemana, terlalu cuek sampai baru sadar ga pernah ngerasain anniverisary, terlalu cuek sampai tak sadar dengan sosial medianya, terlalu cuek sampai gatau cirle dia, intinya hubungan ini cuma ada dalam diam.
Keluarga ku kenal dia, taku keluarganya ga tau tentangku. Dia bilang karna aku ga bisa berbaur, padahal rumah Saudaranya yang satu komplek aja ga pernah dikenalin, boro boro dikenalin, yang ada dia bersembunyi takut kelihatan Kakaknya kalau sedang ke rumahku, kenapa ya?
Saat ini aku benar benar merasa sendiri, apalagi karna adanya pandemi yang membuatku hanya dirumah bahkan kerja di rumah sudah hampir 5 bulan. Aku semakin merasa sendiri dan kesepian, tanpa adanya teman, hanya berkomunikasi dengan Adik, Ibu, dan Kucing kucingku. Apa cuma aku yang semakin merasa anxiaty di pandemi ini? semakin baper. Yang tadinya ga dipikirin jadi di pikirin, salah satunya tentang hubungan ini. Ga ada omongan tentang goals hubungan ini, apa memang begitu?
Akhirnya aku beranikan diri untuk bertanya.
"Kita goalsnya apa?"
"Maunya apa?"
"ya kan aku tanya duluan"
"menurut kamu?"
"Nikah?"
"Kenapa nanya gitu?"
"ya mau tau, kita gini gini aja"
"emang kalo udah nikah mau apa?"
"ya biar sama sama terus, biar ada temennya"
"terus itu aja?"
*aku terdiam*
"emang udah tau kewajiban istri itu apa?"
*aku terdiam sambil berfikir*
"Ca, kalau belum tau kewajibannya, cari tau dulu ya"
*diam*
"ya tapikan semua harus direncanain, ga bisa ga jelas terus gini gini aja"
"boleh jujur?"
"iya"
"aku masih mau main, kita jalanin aja dulu"
*aku mencoba menahan tangis dengan pura pura menguap*
"jadi maunya gimana? mau dijalanin masing masing dulu?"
Jadi selama ini cuma ku yang serius? yang sudah punya banyak rencana sendiri. Gak pernah nyangka itu yang terucap, bahkan dia bilang "terserah aja" "mau dijalnin masing masing dulu?", maksudku bukan itu!
Sekarang aku sadar, hubungan ini cuma ada aku sendiri, cuma aku yang mengganggap, cuma aku yang rasa. Mungkin ini semua masih ada karna hanya terbiasa, tapi sayangnya dia udah hilang. Yang di semogakan ternyata menarik diri, yang di semogakan ternyata sudah tak sama.
Perasaan gelisah ini sudah ku rasakan beberapa bulan kebelakang, sampai susah tidur dan jarang tidur sampai akhirnya ibuku menyadarinya. Dia yang benar benar mengerti anaknya. Saat semua tidur, aku tetap tidak bisa terpejam dan tanpa sadar air keluar dari sumur mataku, ternyata Ibuku memperhatikan dan menyadari itu, sampai akhirnya dia terbangun dan memegang tanganku.
"Ica kenapa? mau sampai kapan kamu gatidur?" Menghela nafas pura pura menguap seakan akan air keluar dari air mata, namun mataku sudah terlalu bengkak sehingga tidak bisa ku sembunyikan lagi.
"gapapa"
"berantem lagi?"
"engga, sama siapa?"
"kamu jangan nyiksa diri sendiri dong"
"nyiksa apanya? engga" aku masih berbicara seakan akan tidak ada apa apa
"ini kamu ga tidur tidur gimana?, udah dong ca, kalau jodoh pasti nanti ada, mama doain terus untuk ica" dia mengerti tanpa aku beri tahu
"iya, tapi mama jangan nyuruh myuruh ica nikah terus makannya" aku menjawab sambil menangis, karna aku tau faktanya mungkin aku menikah masih 2-3 tahun lagi
(intermezzo : tapi bener loh, omongan org yg nanya2 gitu bener bener bikin stress, apalagi ada sodara yang bener bener ngasih taunya serius, ya gimana, bukan gue juga kali yang lamar, emang gue cowo, kalo belom ada jodohnya mau gimana? kenapa maksa2 gue?)
mamaku langung memegang tanganku, berbicara sambil ikut menangis sambil meyakinkan
"iya, iya, mama ga bahas itu lagi, mama selalu doain Ica kok, gausah takut tentang jodoh, semuanya udah di atur, udah ica jangan nangsi nangis terus, mama juga pusing liat Ica kayak gini terus"
*ibuku menangis*
"Iya iya" kataku berusaha berbicara dengan tenang.
saat itu pukul 3 pagi, akhirnya ibuku langsung mengambil wudhu dan solat tahajud, aku tau ada namaku di doanya.
No comments:
Post a Comment